Monday 5 December 2011

Pengertian Mujahadah



1. Pengertian secara umum
Ta’rif (definisi) mujahadah menurut arti bahasa, syar’i, dan istilah ahli hakikat sebagaimana dimuat dalam kitab Jami’ul Ushul Fil-Auliya(1), hal 221 :

أَمَّاالْمُجَاهَدَةُ فَهيَ فِي اللُّغَةِ الْمُحَارَبَةُ وَفِي الشَّرْعِ مُحَارَبَةُ أَعْدَآءِ اللهِ , وَفِي اصْطـِلاَحِ أَهْلِ الْحَـقِـيْقَة ِ مُحَــارَبَةُ النَّفـْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَتَحْمِيْلُهَا مَا شَقَّ عَلَيْـهَا ِممَّا هُوَ مَطْلـُوْبٌ شَرْعًا . وَقَالَ بَعْضُـهُمْ : الْمُـجَاهَدَةُ مُخَالَـفَةُ النَّفْسِ , وَقَالَ بَعْضُهُمْ : المـُجَاهَدَةُ مَنْعُ النَّفْس ِ عَنِ الْمَـأْلُوْ فَاتِ

“Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan syara’ adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli hakikat adalah memerangi nafsu amarah bis-suu’ (2) dan memberi beban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama mengatakan : "Mujahadah adalah tidak menuruti kehendak nafsu”, dan ada lagi yang mengatakan: “Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya”.

Di dalam Wahidiyah yang dimaksud “Mujahadah” adalah ber-sungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran “FAFIRRUU ILALLOOH WAROSUULIHI”, ”

2. Pengertian secara khusus

MUJAHADAH WAHIDIYAH adalah pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah sebagai penghormatan kepada Rosululloh dan sekaligus merupakan do’a permohonan kepada Alloh , bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para pemimpin mereka di segala bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan seluruh makhluq ciptaan Alloh .
3. Dasar-dasar Mujahadah dan Keuntungannya

a. Firman Alloh Ta’ala QS. 5 - Al Maaidah : 35 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْآ إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (5- المائدة-35)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-NYA agar supaya kamu sekalian mendapat keberuntungan.

b. Firman Alloh Ta’ala : QS. 29 Al Ankabut: 69

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ( 29-العنكبوت : 69 )
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. Q.S. 29 Al-Ankabut : 69.

b. Firman Alloh
وَجَاهِدُوا فِي الله ِ حَقَّ جِهَادِه… الآية (22 الحج : 78 )
“Dan berjihadlah (bersungguh-sungguhlah) kamu menuju pada Alloh dengan sebenar-benarnya jihad …….. (QS.22 Al-Hajji 78 )
c. Hadits Nabi :

رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ اْلأَصْغَرِ اِلَى الجِهَادِ اْلأَكْبَرِ , قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْجِهَادُ اْلأَ كْبَرِ ؟ قَالَ : جِهَادُ النَّفْسِ )رواه البيهقى عن جابر فى كتاب الزهد الكبير (الجزء 2، رقم 373) .
“Kita baru kembali dari perang kecil akan menghadapi perang besar. Para Shahabat bertanya : YA Rosulalloh gerangan apakah perang besar itu ? Rosululloh menjawab: “Perang melawan Nafsu”.

d. Hadits Nabi :

"الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ". رَوَاهُ التّرْمِذِى وَالطَّبْرَانى وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ عَنْ فَضَالَةَ بن عُبَيْدٍ ، حسن صحيح

Orang yang berjihad (bermujahadah) adalah orang yang memerangi nafsunya dalam (pendekatan dirinya kepada) Alloh, HR At-Tirmidzi, At-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dari Fadlolah bin “Ubaid.

e. Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya’nya menyebutkan :

الْمُجَاهَدَةُ مِفْتَاحُ الْهِدَايَةِ لاَمِفْتَاحَ لَهَا سِوَاهَا . (احياء علوم الدين , الجزء الأول : 39)
Mujahadah adalah kunci (pintu) hidayah, tidak ada kunci hidayah selain mujahadah.

f. Sering didawuhkan oleh Muallif Wahidiyah :

مَنْ لَيْسَ لَهُ الْمُجَاهَدَةٌ لَيْسَ لَهُ الْمُشَاهَدَةٌ

“Barang siapa tidak bermujahadah dia tidak akan bisa mencapai musyahadah (Shuhud / sadar kepada Alloh)

(1) Jami’ul-Ushul Fil-Auliya oleh Asy-Syekh Dhiyauddin Ahmad Mushtofa Al-Kamsyakhonawy An-Naqsyabandy.Penerbit : Al-Haromain Singapura-Jedah-Indonesia

Location:Headford Mews,,United Kingdom

MENINGKAT DIRI MELALUI MUJAHADAH






PADA adatnya tidak mungkin kita sampai pada lapangan makrifat terhadap Allah SWT apabila kita tidak mahu bermujahadah, tidak mahu melihat kelemahan-kelemahan yang terkandung dalam diri kita, lebih-lebih lagi kelemahan itu berupa penyakit hati.
Oleh itu Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Orang-orang yang berjuang di jalan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk mereka itu pada jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang membuat kebaikan.”
“Mujahadah” yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah memerangi hawa nafsu yang mengatasi segala kelemahan diri untuk mencapai dengan sempurna keredaan Allah SWT. Tegasnya, orang-orang yang mengerjakan sesuatu yang tidak baik bererti ia mendatangkan kekurangan pada peribadinya sendiri. Umumnya tabiat manusia tidak menghiraukan keaiban-keaiban tetapi mengutamakan pada hal-hal yang dianggap baik.


Meskipun sifatnya masih fatamorgana bahkan masih belum apa-apa, sama seperti orang sakit tidak mahu melihat penyakitnya untuk diubati tetapi perhatiannya lebih dahulu mengarah kepada hal-hal yang harus dikerjakan apabila ia sihat. Manusia yang sempurna dalam berfikir serta sempurna dalam perasaan akan melihat keaibannya lebih dahulu demi untuk mencapai keutamaan yang dicita-citakan. Ulama tasawuf pernah berkata: “Hendaklah kamu mencari istiqamah dan jangan anda mencari karamah, kerana sesungguhnya nafsumu menggugatmu mencari kemuliaan, sedangkan Tuhan-mu menuntut kamu dengan istiqamah. Dan sesungguhnya berada di sisi hak Tuhanmu adalah lebih patut dari beradanya kamu dengan keuntungan diri anda.”
Allah menghendaki agar kita istiqamah pada jalan-Nya dan apabila kita selalu mematuhi kehendak-Nya maka dengan sendirinya Allah akan memberikan kurniaan pula buat kita iaitu keutamaan-keutamaan yang datang apabila amal yang ikhlas telah kita kerjakan. Oleh itu, kita harus mengutamakan hak Allah daripada mendahulukan keuntungan diri dan nafsu kita.
Tahukah anda, jalan apakah bagi kita untuk mengenal segala keaiban-keaiban diri kita dan dapat pula mengatasi semua itu? Imam Al-Ghazali r.a telah menunjukkan jalannya sebagai berikut:


• Hendaklah seseorang itu berada di bawah pimpinan seorang guru, dia dapat melihat kekurangan-kekurangan dan keaiban-keaiban serta penyakit-penyakit murid yang dipimpinnya. Dengan demikian si guru dapat mengeluarkan hukum-hukum atau jalan-jalan apakah yang harus dijalani oleh murid agar penyakit-penyakitnya sembuh.
• Bergaul dengan teman yang mencintai kita dan berhati benar terhadap kita. Bergaul dengan teman itu ertinya, kita dapat diawasi olehnya mengenai hal keadaan kita dan pekerjaan kita. Andainya kita menyimpang dari landasan yang sebenarnya, maka si teman tidak segan-segan menegur dan menasihati.
• Penyakit-penyakit atau keaiban-keaiban orang lain menjadi pengajaran bagi kita, agar kita tidak mengerjakan penyakit-penyakit yang serupa.
• Hendaklah banyak mengambil faedah dari pergaulan sesama kita. Mana yang baik untuk diikuti, maka kerjakanlah. Dan mana yang buruk hindarkanlah, sebab tabiat kemanusiaan anatara satu dengan lain kadang-kadang saling berdekatan.


Demikian Imam Al-Ghazali dalam memberikan tuntutan dan nasihat kepada orang-orang sakit di mana segala penyakitnya itu dapat menjauhkannya dari Allah SWT. Bahkan dapat menjatuhkannya ke dalam kemarahan Allah SWT apabila si sakit tidak melaksanakan kewajipan-kewajipan selaku hamba terhadap Tuhannya.


Justeru, dalam kita menggali telaga kekurangan dan kelemahan yang terhimpun di dasar diri kita, maka lihatlah akan hikmat yang tersembunyi padanya. Jangan kita mengatakan bahawa Allah Ta'ala itu zalim kerana mengurniakan kelemahan pada hamba-Nya, tetapi renunglah bahawa dengan adanya kelemahan itu menjadikan “taqarrub” kita kepada Khaliq lebih bermakna. Maka sewajarnya kekurangan dan kelebihan yang terkumpul pada diri anak adam iti sisyukuri untuk menzahirkan rasa kehambaan dan kecintaan kepada Pencipta.

- Posted using BlogPress from my iPad

Location:Headford Mews,,United Kingdom